Sejarah Teknik Industri
di Indonesia di awali dari kampus Universitas Sumatera Utara (USU), Medan pada tahun 1965 dan dilanjutkan
dengan Teknik Industri ITB Institut Teknologi Bandung. Sejarah pendirian
pendidikan Teknik Industri di ITB tidak terlepas dari kondisi praktek sarjana
mesin pada tahun lima-puluhan. Pada waktu itu, profesi sarjana Teknik mesin
merupakan kelanjutan dari profesi pada zaman Belanda, yaitu terbatas pada
pekerjaan pengoperasian dan perawatan mesin atau fasilitas produksi.
Barang-barang modal itu sepenuhnya diimpor, karena di Indonesia belum terdapat
pabrik mesin.
Teknik industri adalah
cabang dari ilmu teknik yang berkenaan dengan pengembangan, perbaikan,
implementasi, dan evaluasi sistem integral dari manusia, pengetahuan,
peralatan, energi, materi, dan proses.
Di Universitas
Indonesia, keilmuan Teknik Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh
puluhan, dan merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin. Sejak 30 Juni
1998, diresmikanlah Jurusan Teknik Industri (sekarang Departemen Teknik
Industri) Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Pada masa itu, seorang
kepala pabrik yang umumnya berlatar-belakang pendidikan mesin, sangat ketat dan
disiplin dalam pengawasan terhadap kondisi mesin. Di pagi hari sebelum pabrik
mulai beroperasi, ia keliling pabrik memeriksa mesin-mesin untuk menyakini
apakah alat-alat produksi dalam keadaan siap pakai untuk dibebani suatu
pekerjaan.
Pengalaman ini
menunjukan bahwa pengetahuan dan kemampuan perancangan yang dipunyai oleh
seorang sarjana Teknik Mesin tidak banyak termanfaatkan, tetapi mereka justru
memerlukan bekal pengetahuan manajemen untuk lebih mampu dan lebih siap dalam
pengelolaan suatu pabrik dan bengkel-bengkel besar.
Sekitar tahun 1955,
pengalaman semacam itu disadari benar keperluannya, sehingga sampai pada
gagasan perlunya perkuliahan tambahan bagi para mahasiswa Teknik Mesin dalam
bidang pengelolaan pabrik.
Pada tahun yang sama,
orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia karena terjadi krisis hubungan
antara Indonesia-Belanda, sebagai akibatnya, banyak pabrik yang semula dikelola
oleh para administratur Belanda, mendadak menjadi vakum dari keadministrasian
yang baik. Pengalaman ini menjadi dorongan yang semakin kuat untuk terus
memikirkan gagasan pendidikan alternatif bidang keahlian di dalam pendidikan
Teknik Mesin.
Pada awal tahun 1958,
mulai diperkenalkan beberapa mata kuliah baru di Departemen Teknik Mesin,
diantaranya : Ilmu Perusahaan, Statistik, Teknik Produksi, Tata Hitung Ongkos
dan Ekonomi Teknik. Sejak itu dimulailah babak baru dalam pendidikan Teknik
Mesin di ITB, mata kuliah yang bersifat pilihan itu mulai digemari oleh
mahasiswa Teknik Mesin dan juga Teknik Kimia dan Tambang.
Sementara itu pada
sekitar tahun 1963-1964 Bagian Teknik Mesin telah mulai menghasilkan sebagian
sarjananya yang berkualifikasi pengetahuan manajemen produksi/teknik produksi.
Bidang Teknik Produksi semakin berkembang dengan bertambahnya jenis mata
kuliah. Mata kuliah seperti : Teknik Tata Cara, Pengukuran Dimensional, Mesin
Perkakas, Pengujian Tak Merusak, Perkakas Pembantu dan Keselamatan Kerja cukup
memperkaya pengetahuan mahasiswa Teknik Produksi.
Pada tahun 1966 - 1967,
perkuliahan di Teknik Produksi semakin berkembang. Mata kuliah yang berbasis
teknik industri mulai banyak diperkenalkan. Sistem man-machine-material tidak
lagi hanya didasarkan pada lingkup wawasan manufaktur saja, tetapi pada lingkup
yang lebih luas yaitu perusahaan dan lingkungan. Dalam pada itu, di Departemen
ini mulai diajarkan mata kuliah : Manajemen Personalia, Administrasi
Perusahaan, Statistik Industri, Perancangan Tata Letak Pabrik, Studi Kelayakan,
Penyelidikan Operasional, Pengendalian Persediaan Kualitas Statistik dan
Programa Linier. Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik Produksi secara resmi
berubah menjadi Teknik Industri dan masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik
Mesin ITB.
Pada tahun 1968 - 1971,
dimulailah upanya untuk membangun Departemen Teknik Industri yang mandiri.
Upaya itu terwujud pada tanggal 1 Januari 1971. Teknik industri mencakup bidang teknik yang luas jika dibandingkan bidang
teknik lain yang menerapkan keterampilan pada wilayah yang spesifik, misalnya
pada jurusan teknik kimia membahas mengenai proses-proses kimia teknik, jurusan
teknik arsitektur membahas tentang kontruksi dan desain bangunan, jurusan
teknik elektro membahas tentang listrik dan sistem jaringannya, maka jurusan
teknik industri memberikan perlakunya untuk bekerja pada banyak bidang yang
berbeda. Teknik industri bisa saja memikirkan semua proses yang dipelajari oleh
jurusan teknik lainnya untuk mencari cara yang lebih efektif dan efisien.
Jurusan teknik industri seperti menggabungkan berbagai disiplin ilmu yang
terlibat dalam sebuah proses industri. Aspek yang paling khas dari jurusan
teknik industri adalah fleksibilitas yang ditawarkannya, jurusan ini membahas
industri secara luas sehingga dapat melibatkan pembahasan bidang keteknikan
lainnya, karena itu prospek jurusan teknik industri ini sangat luas. Peran lulusan
teknik industri dapat terdiri dari pemotongan jalur sistem, perampingan ruang
operasi, pemasaran secara global yang bermuara pada tujuan untuk menghemat
modal dan efisiensi sumber daya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar